Pages

Minggu, 16 Oktober 2011

sebelah mata

*back sound : efek rumah kaca - sebelah mata

beberapah hari yang lalu (gue lupa tanggal berapa) segabis pulang dari briefing di veldrome-rawamangun. gue lewat daerah jati negara, sebenernya ngga ada yang aneh dari jalanan malem itu. jalanan agak macet karena sedang ada perbaikan jalan disana. seperti biasa, gue nikmatin perjalanan malem itu diatara kemacetan jati negara. di sana banyak banget pedagang kaki lima menjajakan dagangan, ya. ini emang salah satu pemandangan normal jakarta di malam hari.

tapi ada yang menarik dari pemandangan malam itu, di pinggiran jalanan jati negara banyak banget pedagang yang menjajakan sepatu. yaa..a lot of sepatu. berbagai jenis, merk dan model. karena lalulintas yang agak lambat jadi gue masih bisa melihat dengan cermat macem-macem sepatu yang di jajakan. kebanyakan sepatu itu ngga ada kardusnya dan beberapa sudah agak "kucel" dan beberpa pedagang lagi asyik menyemir sepatu-sepatu yang kiranya sudah "kucel" tu. dari hasil pengamatan sesaat itu gue mengambil kesimpulan bahwa sepatu-sepatu tersebut adalah bekas yang masih layak pakai.

tapi, apa ada sepatu bekas?apa ada yang beli sepatu bekas? tiba-tiba pertanyain itu muncul dan jawabannya langsung gue temuin setelah ngeliat ada beberapa orang yang menghampiri pedagang sepatu itu dan menawar beberapa sepatu.

gue berfikir, sepatu bekas? ya Tuhan. emang ngga ada sepatu murah di ITC2 atau pasar?kenapa harus bekas orang?kenapa harus sisa orang?walalupun gue cuma bisa ngegerutu dalam hati tapi gue bener-bener ngerasa sedih. diluar sana ternyata masih banyak orang yang cuma buat menutui kakinya, terpaksa harus beli sepatu bekas yang mungkin sebebernya udah rusak cuma di perbaikin sama sang pedagang.

gue jadi inget, beberapa minggu sebelum hari itu gue sempet main ke PIM (pondok indah mall) seperti layaknya weekend di mall, mall berubah jadi pasar dadakan dengan berbagai macam Sale! gue ngelilingin PIM sekedar buat nikmatin keramaian dan cari sedikit pengganjal perut siang itu. pas sampai PIM 2, gue liat sebuah toko sepatu (yang gue juga lupa namanya) disana lagi ada diskon sampai 70% dan kebetulan toko tersebut emang ramai di kunjungi orang-orang pengila belanja.

karena penasaran dan exited sama sepatu, guepun memutuskan masuk dan ngeliat beberapa model sepatu. pas gue liat label harga disana tertulis Rp. 1.500.000 akhirnya sepatu itu gue taro lagi dengan seksama. setelah berkeliling toko, ada satu meja besar yang dipenuhi sepatu sedang dikerubuti orang-orang penggila Sale. diatas meja itu ada baner bertuliskan "ALL ITEM IDR 700000" gue akhirnya ikutan ngeliat model-model yang emang aduhai itu walopun pas sadar keuangan gue ngga mungkin buat ngebeli sepatu semahal itu.

dari situ gue jadi inget lagu Sebelah mata - Efek rumah kaca yang nyeritain betapa tidak singkronnya keduah belah mata. yang satu meihat banyak warna tapi yang lainnya melihat kegelapan.

ya, mungin begitulah mata gue malam itu, suatu ketika gue liat orang berhilir mudik membeli sepatu bekas untuk menutupi telapak kakinya dan berjalan dan yang lainnya membeli sepatu mahal untuk meutupi kakinya.

gue rasa bener juga, ngga ada yang salah dari fenomena itu, sebuah hidup yang normal dan bervariasi. dan gue sebagai penonton kehidupan itu cuma bisa bersyukur, walaupun gue ngga bisa menutupi sepasang kaki gue dengan sepatu mahal tapi gue masih bisa beli sepatu baru yang emang ngga mahal tapi layak buat dipakai.

gue juga jadi inget kata-kata dosen gue waktu gue menunjukan hasil sampel. dia bilang "sampel itu harus heterogen untuk mendapatkan hasil yang valid" dan seperti hidup, harus banyak variasi kehidupan untuk menjadikannya banyak warna :)